Kisah
Penjual Koran yang Jujur
Di ufuk timur, matahari masih belum terbit.
Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam masih diselimuti embun pagi. Seorang
anak tampak mengayuh sepedanya di tengah jalanan yang masih sepi. Ia adalah
anak seorang penjual Koran bernama Tono. Ia harus berhenti sekolah dan menjadi
seorang penjual Koran untuk menggantikan ayahnya yang sedang sakit keras. Ia
bekerja untuk biaya pengobatan ayahnya dan juga untuk membiayai kehidupan
keluarganya ditambah lagi ia mempunyai adik-adik yang masih bersekolah di
sekolah dasar dan ia tidak ingin adik-adiknya tidak bersekolah seperti dirinya.
Menjelang pukul lima pagi, ia
telah sampai di tempat agen Koran dari beberapa penerbit. “Ambil berapa Ton?”
Tanya salah seorang penerbit Bang Joni. “Seperti biasa aja bang” jawab Tono.
Bang Joni pun mengambil sejumlah Koran dan majalah yang biasa dibawa Tono untuk
langganannya. Setelah itu ia pun langsung berangkat.
Ia mendatangi pelanggan-pelanggan
setianya. Dari suatu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Toni setiap
harinya. Menyampaikan Koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakan
dengan gembira,ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab.
Ketika Tono sedang mengacu
sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda tersebut adalah
sebuah bungkusan plastic berwarna hitam. Tono jadi gemetaran. Ia ragu-ragu
merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom
dimana-mana. Tono khawatir benda itu adalah sebuah bungkusan bom. Namun pada
akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu
terdapat kardus. Tono segera membuka bungkusan dengan hati-hati. Alangkah
terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya.
“Wah apa ini?” tanyanya dalam hati. “ Milik siapa,ya?” Tono membolak-balik
cincin dan kalung yang ada di dalam kardus tersebut. Ia makin terperanjat lagi
karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho ini kan milik pak Ranto. Kasihan
sekali Pak Ranto, rupanya ia telah kecurian.” Gumam Tono dalam hati.
Apa yang diperkirakan Tono itu
memang benar. Rumah Pak Ranto telah kemasukan maling tadi malam. Karena pencuri
tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya terjatuh.
Tono dengan segera memberitahukan Pak Ranto akan apa yang ditemukannya. Betapa
senangnya Pak Ranto karena perhiasan milik istrinya telah ditemukan. Ia sangat
bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang jujur. Sebagai ucapan terima
kasihnya, Pak Ranto memberikan modal pada Tono untuk membuka kios di rumahnya.
Kini ia tidak perlu mengayuh sepeda lagi untuk mejajakan koran. Ia cukup
menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan
majalah ke pelanggannya, Tono kini digantikan oleh pamannya yang kebetulan
masih belum mempunyai pekerjaan. Kini ia pun dapat membantu pengobatan ayahnya
yang sakit dan membantu menafkahi keluarganya. Itulah akhir dari sebuah
kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar