Rabu, 06 April 2016

Cerpen 2

Gadis Penjaja Tikar
Suasana alun-alun Malang dipenuhi dengan pengunjung. Laki-laki,perempuan,tua maupun muda dan dari berbagai kalangan dan komunitas semuanya ada disana.Saat itu adalah hari libur sekolah sehingga banyak pengunjung yang pergi liburan. Kebanyakan dari pengunjung berasal dari luar kota seperti Surabaya,Kediri dan daerah Jawa Timur lainnya. Mereka ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan kejenuhan.
Saat itu, seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian yang sederhana,ia menjajakan tikar dari plastik kepada para pengunjung disana. Ia terus menawarkan tikarnya. “Pak, mau sewa tikar?” katanya pada Pak Herman. “Berapa harga sewa satu lembar tikarnya,dek?” Tanya Pak Herman. “Lima ribu rupiah, Pak” jawabnya dengan suara lembut. “Bagaimana kalau Bapak ambil tiga puluh ribu rupiah?” tanya Pak Herman lagi. Gadis itu diam sejenak. Kemudian ia pun berkata, “ Baiklah kalau begitu. Silahkan pilih,Pak”.
Pak Herman memilih tikar plastik yang akan disewanya. Dalam hati Pak Herman ada rasa tak tega terhadap gadis itu. Gadis berusia sekitar delapan tahun harus bekerja untuk medapatkan uang. “Kamu sekolah?” tanya Pak Herman. “Sekolah,Pak! Saya sekarang kelas empat SD.” Jawabnya. “Mengapa kamu menyewakan tikar plastik ini?” tanya Pak Herman lagi. “Saya harus membantu ibu saya.” Jawab gadis itu. “Kemana ayahmu?” Pak Herman bertanya lagi. “Bapak telah lama meninggal dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu untuk mencari uang.” Jawab gadis itu dengan pelan. Mendengar cerita gadis tersebut, Pak Herman merasa terharu.
Pak Herman merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang dua puluh ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu. “Pak maaf, saya tidak boleh menerima uang jika tidak bekerja.” Katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “ Mengapa begitu?” tanya Pak Herman heran. Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau memang hasil bekerja. Saya tidak boleh meminta belas kasih dari orang. Mendengar perkataan gadis itu Pak Herman makin terharu. Ia tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berbudi luhur. “Begini saja,kalau memang harus bekerja,sekarang bantu Bapak beserta keluarga. Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan makan bersama di bawah pohon yang rindang itu!” kata Pak Herman dengan ramah. Pak Herman dan keluarga menuju ke bawah pohon yang rindang tersebut. Mereka pun menggelar tikar plastik yang baru saja disewanya. Gadis kecil itu pun diajak untuk makan bersama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar